Kini Tampak Pembangunan Hanggar Militer China di Pulau Sengketa

Kini Tampak Pembangunan Hanggar Militer China di Pulau Sengketa

Metroterkini.com - Sejumlah foto citra satelit terbaru menunjukkan China nampaknya telah membangun hanggar untuk pesawat militer di sejumlah pulau yang dipersengketakan di Laut China Selatan seperti dilansir CNNIndonesia. 

Menurut Center for Strategic and International Studies (CSIS), lembaga think-tank yang berbasis di Washington, Amerika Serikat, foto yang diambil pada akhir Juli itu menunjukkan sejumlah hanggar dibangun di Fiery Cross, Subi Reefs dan Mishief Reef di Kepulauan Spratly. Hanggar tersebut memiliki ruang untuk menyimpan jet tempur Angkatan Udara China. 

"Kecuali untuk kunjungan singkat pesawat transportasi militer ke Fiery Cross Reef awal tahun ini, tidak ada bukti bahwa Beijing telah mengerahkan pesawat militer untuk pos-pos tersebut. Tapi pembangunan cepat hanggar militer di semua tiga pulau karang menunjukkan bahwa kondisi ini mungkin berubah," bunyi laporan CSIS, Selasa (9/8/16). 

CSIS melaporkan bahwa seluruh hanggar yang dibangun menunjukkan tanda-tanda penguatan struktural. "[Bangunan] Hanggar jauh lebih kuat ketimbang bangunan Hanggar yang dibangun untuk tujuan sipil," kata Gregory Poling, direktur CSIS Asia Maritime Transparency Initiative, kepada New York Times. 

"[Bangunan hanggar-hanggar] itu sepertinya diperkuat untuk keperluan serangan udara," bunyi laporan CSIS.

Selain hanggar, citra satelit juga menunjukkan adalah sejumlah fasilitas lain yang dibangun, termasuk beberapa menara yang tak dikenal dan bangunan dengan struktur heksagonal yang dibangun di kepulauan itu dalam beberapa bulan terakhir. 

China mengklaim hampir seluruh Laut China Selatan, salah satu perairan tersibuk dunia dengan nilai perdagangan yang melewatinya mencapai US$5 triliun dan diyakini kaya minyak. Namun, klaim China tumpang-tindih dengan Filipina, Brunei, Malaysia, Taiwan dan Vietnam.

Citra foto satelit ini terungkap hanya sebulan setelah pengadilan arbitrase internasional yang berbasis di Den Haag, Belanda, memutuskan bahwa tidak satupun dari terumbu karang dan pulau buatan yang didirikan China di Kepulauan Spratly membuat China berhak mengklaim zona ekonomi eksklusif sepanjang 200 mil laut. Keputusan ini diabaikan China. 

AS mendesak China dan negara lainnya yang terlibat sengketa untuk tidak melakukan militerisasi di Laut China Selatan.

Sebaliknya, China telah berulang kali menyangkal tuduhan itu dan pada gilirannya mengkritik patroli dan latihan militer yang dilakukan AS hanya meningingkatkan ketegangan. 

"China memiliki kedaulatan yang tak terbantahkan atas pulau-pulau di Spratly dan perairan di dekatnya," bunyi pernyataan dari Kementerian Pertahanan China kepada Reuters. 

"China telah berulang kali mengatakan, konstruksi di pulau-pulau Spratly dan terumbu karang memiliki sejumlah tujuan dan jauh dari pertahanan militer yang diperlukan, serta dibangun untuk kebutuhan semua warga sipil," bunyi laporan itu. 

Pada Minggu (7/8/16), sejumlah media China melaporkan pemerintah China telah mengirim jet pengebom dan jet patroli tempur di dekat pulau yang dipersengketakan di Laut China Selatan. 

Sementara itu, Jepang mengeluh soal sejumlah gangguan di perairan dan pulau di Laut China Timur yang juga dipersengekatakan, kali ini antara China dengan Jepang. [cnn]

Berita Lainnya

Index