Mahasiswa KKNK Desa Tulang Adakan Rumah Pintar

Mahasiswa KKNK Desa Tulang Adakan Rumah Pintar

Metroterkini.com - Kini desa Tulang Kabupaten Karimun Provinsi Kepulauan Riau memiliki pendidikan nonformal bernama "Rumah Pintar" untuk para siswa SD dan SMP. Kegiatan ini merupakan salah satu program yang dilakukan oleh para Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata Kebangsaan (KKNK) di posko KKNK setiap malamnya mulai dari tanggal 28 Juli hingga 24 Agustus 2016.

Salah satu pengajar di Rumah Pintar, Cinda Felicia mengatakan terwujudnya program ini bukanlah hal yang mudah. Butuh persiapan yang panjang mulai dari konsep pengajaran, metode dan teknik pengajaran yang sesuai, mobilisasi siswa, hingga  konsistensi pengajaran.

"Beragam mata pelajaran kita pelajari disini. Tantu saja dengan metode-metode yang tidak membosankan. Bahkan, kami juga sering tertawa terbahak-bahak bersama. Untuk itu kami para pengajar (mahasiswa KKNK) berharap agar budaya belajar ini menjadi kebiasaan tersendiri bagi siswa-siswa di sini," ungkap Cinda, Kamis.

Cinda menambahkan bahwa pelajaran-pelajaran yang diberikan disesuaikan dengan pelajaran sekolah. Bedanya, setiap pelajaran selalu disisihkan dengan budaya-budaya yang ada di Indonesia. Sehingga, anak-anak di desa perbatasan Indonesia-Malaysia ini tahu bahwa Indonesia terdiri dari beragam budaya.

"Mahasiswa KKNK itu kan terdiri dari berbagai kampus, daerah, ras, dan budaya. Sedikit demi sedikit hal-hal itu kami sampaikan kepada anak-anak. Tujuannya agar setiap anak di desa Tulang ini mengetahui bahwa Indonesia bukan hanya melayu saja, melainkan terdiri dari ragam budaya. Sedini mungkin, anak-anak sudah harus memiliki rasa nasionalisme yang kuat. Siapapun tentunya akan bersepakat bahwa materi seperti ini sangat penting bagi masyarakat perbatasan," imbuh Cinda.

Cinda mengakui bahwa penerjemahan bahasa sejauh ini menjadi kendala yang sering dihadapi. Anak-anak di desa Tulang, kesehariannya selalu menggunakan bahasa melayu.

"Meski tak berbeda jauh, tapi tetap saja terdapat beberapa kata yang memerlukan terjemahan. Seperti saat saya mengajar bahasa inggris,  kata "slipper" saya artikan sendal padahal bahasa melayunya "kasut". Kemudian kata "washdishes" saya artikan cuci piring padahal bahasa melayunya "cuci pinggan". Akhirnya kita sama-sama bingung. Untungnya kami bisa mengatasi ini. Tambah mahasiswi asal Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya ini.

Di sisi lain, Kepala Desa Tulang, Kazman Zainal menjelaskan bahwa anak-anak SD dan SMP sekarang merupakan generasi penerus yang kehidupannya harus lebih baik dari masa kini. Segala hal yang bersangkutan dengan kebaikan di masa depan harus sepenuhnya di dukung.

"Program-program seperti inilah yang sangat dibutuhkan masyarakat. Hasilnya memang tidak seketika terlihat, hasilnya akan terlihat jauh di masa mendatang. Minimal, anak-anak desa dapat termotivasi untuk melanjutkan pendidikan hingga jenjang kuliah. Tentu kita juga butuh orang-orang pintar di desa ini", kata Pak Kades.

Pak Kades melanjutkan bahwa motivasi ini sangat penting sebab kebanyakan siswa setelah lulus SMP atau SMA lebih memilih bekerja. Baik itu bekerja di luar negri seperti Malaysia dan Singapura atau memilih bekerja di desa untuk berprofesi sebagai nelayan di desa. Sederhananya, sejauh ini masyarakat lebih memilih bekerja dibanding kuliah.

"Semoga anak-anak ini suatu saat juga bisa kuliah sehingga mereka bisa memajukan desa dengan pemikiran-pemikirannya" tutup pak Kades sambil tersenyum senang. [Penulis: Dedy]

Berita Lainnya

Index