Ujian Berat Menanti Tim Muda Tottenham di Akhir Musim

Ujian Berat Menanti Tim Muda Tottenham di Akhir Musim

Metroterkini.com - Dalam tujuh dekade terakhir, Tottenham Hotspur tercatat hanya pernah dua kali tampil di kompetisi puncak benua Eropa, yaitu ketika berlaga di Piala Eropa pada musim 1961/1962 dan Liga Champions pada 2010/2011.

Hal ini seolah memperlihatkan bahwa Spurs memiliki beban sejarah yang teramat berat untuk bisa lolos ke Liga Champions. 

Meski dalam satu dekade terakhir The Lilywhites bisa menempatkan diri mereka sebagai tim papan tengah, mereka memang seolah kesulitan untuk mendapatkan dorongan terakhir masuk ke jajaran klub elit yang lolos ke Liga Champions.

Hal ini pun terulang kembali di musim 2014/2015. Saat ini Spurs menduduki peringkat tujuh sementara dengan poin 44 dari 26 pertandingan dan terpaut enam poin dari Manchester United di peringkat keempat. 

Dihadang Faktor Pengalaman

Spurs sendiri mengantongi satu laga simpanan dibandingkan dengan Man United, Liverpool, Arsenal, atau Southampton. 

Jika satu pertandingan itu bisa dimanfaatkan, secara matematis Spurs hanya akan terpaut tiga angka dari zona Liga Champions. Bukan besaran yang terlalu mengada-ngada untuk dikejar. 

Satu faktor yang bisa menghalangi langkah anak asuhan Mauricio Pochettino sendiri adalah usia muda para penggawa Spurs. Sebagaimana diucapkan oleh pelatih asal Argentina itu seusai final Piala Liga melawan Chelsea, saat ini rata-rata usia pemain intinya adalah 23 setengah tahun. 

Bahkan dari sebelas pemain yang diturunkan Pochettino di final Piala Liga, belum ada satu pun di antara mereka yang pernah bermain di final di Stadion Wembley sebelumnya.

Meski menjanjikan potensi cerah di masa depan, usia muda menyamarkan satu kelemahan yaitu mereka tidak memiliki pengalaman terutama jika dihadapkan pada masa-masa sulit.

Spurs bisa belajar pada pengalaman Liverpool musim lalu yang hanya ditopang oleh beberapa pemain senior yaitu Steven Gerrard, Luis Suarez, dan Martin Skrtel. Pada akhirnya, mereka gagal ketika dihadapkan pada masa-masa krusial menjelang liga berakhir. 

Dan tantangan di akhir-akhir musim pula yang akan dihadapi Spurs jelang musim akan disudahi. 

Pada lima pertandingan terakhir, Spurs akan bertandang ke markas Southampton, menjamu Manchester City, tandang ke Stoke City, lalu kembali bermain di White Hart Lane melawan Hull City, lalu bertandang melawan Everton di partai terakhir musim 2014/2015.

Dari kelima tim tersebut, partai melawan Southampton dan Man City tentu menyajikan tantangan terberat. Sama seperti Spurs, The Saints akan berupaya mati-matian menjaga peluang lolos ke zona Eropa sementara City sedang mempertahankan gelar juara.

Apalagi City bisa dikatakan sebagai tim yang sering panas di akhir. Terbukti, ketika mereka dua kali menjadi juara Liga Inggris pun mereka mendapatkan gelar di partai terakhir. 

Rekam jejak pertemuan kedua tim di paruh musim pertama juga menunjukkan bahwa City tahu caranya menundukkan Spurs, yaitu dengan kemenangan 4-1 di Stadion Etihad.  

Dalam cara yang berbeda, laga melawan Hull City juga berpotensi menyajikan tantangan tersendiri. Pasalnya, posisi Hull belum aman benar dari zona degradasi dengan hanya terpaut empat angka dari Burnley di peringkat ke-18. 

Jika dalam tujuh pertandingan ke depan Hull menampilkan performa turun naik, maka jangan heran jika mereka menyajikan permainan yang garang ketika bertandang ke markas Spurs pada 16 Mei nanti.  

Namun tantangan terbesar bagi Pochettino sebenarnya terletak pada beberapa Minggu ke depan. Berbeda dengan Liverpool, Arsenal, atau Man United yang sedang mengalami rentetan hasil baik di Liga Inggris, Spurs justru sedang terseok-seok. 

Dalam lima laga di semua kompetisi, Spurs kalah tiga kali dan imbang dua kali. Demikian pula di Liga Inggris. Dua laga terakhir mereka berakhir dengan satu kali imbang dan satu kali kalah. 

Spurs seolah sedang kelelahan dan juga akan kehabisan bensin dalam beberapa laga ke depan.  

Hal ini lah yang harus diansitipasi Pochettino sesegera mungkin agar mereka tak terlalu terpuruk dan akhirnya berjarak terlalu jauh dengan zona Liga Champions.

Mengandalkan Bomber Bintang

Jika usia muda bisa menjadi penghalang, maka penyerang muda bisa menjadi faktor yang bisa meloloskan Spurs ke zona Liga Champions. Ya, mau tak mau Spurs memang akan berharap kemampuan Harry Kane untuk membawa mereka lolos ke Eropa.

Saat ini Kane sendiri menjadi salah satu penyerang paling on-form di tahun 2015, bukan hanya di Liga Inggris namun juga di Eropa. Semenjak pergantian tahun, ia telah mencetak 11 gol atau ketiga terbanyak di Eropa setelah Lionel Messi (18 gol) dan Bas Dost (13 gol).

Selain itu, rekam jejaknya menunjukkan bahwa Kane adalah pemain yang apik bermain dalam partai-partai besar. 

Ia mencetak gol kemenangan ke gawang Arsenal dan juga mencetak dua gol ke gawang Chelsea. Kane juga mampu menyarangkan gol ke gawang Liverpool ketika mereka bertandang ke Stadion Anfield, meski akhirnya The Lilywhites tetap menanggung kekalahan.

Keistimewaan Kane sendiri telah diakui oleh berbagai pihak, mulai dari Arsene Wenger, John Terry, Garry Cahill, hingga mantan pemain yang kini menjadi pengamat sepak bola, Jamie Carragher.

Mengingat banyaknya bintang muda Inggris yang didengung-dengungkan akan bersinar di masa depan namun kemudian menghilang, Spurs tentu harus menjaga baik-baik aset mereka.

Namun, satu hal yang pasti, Spurs setidaknya akan berharap sinar dan tenaga Kane masih akan ada hingga akhir musim nanti. [vws]

Berita Lainnya

Index